Oleh Agus Hendratno (Staf Pengajar Jurusan Teknik Geologi UGM)
Keindahan kawasan Danau Toba
Gambar 1. Batas administrasi dan perairan di Danau Toba. |
Danau toba adalah danau terbesar di Indonesia yang terletak di
Propinsi Sumatra Utara yang berjarak 176 km ke barat dari ibukota
propinsi ini yaitu Medan. Danau Toba dapat dicapai dengan kendaraan roda
empat dari Medan dengan jarak tempuh sekitar tiga sampai empat jam.
Dengan pesawat menuju kota Medan hanya memakan waktu 40 menit dari
Singapura dan 2 jam dari Jakarta, ibukota Indonesia.
Sebagai
danau hasil volcano tektonik terbesar di dunia, dengan panjang danau 87
km dari baratdaya ke tenggara dan lebar 27 km, lokasi ketinggian 904
meter di atas permukaan laut dan kedalaman maksimal 505 meter, danau ini
menjadi salah satu aset pariwisata yang penting bagi Indonesia.
Keindahan alam Danau Toba telah tersebar ke seluruh penjuru dunia.
Perairan danau yang biru, penduduk yang sangat ramah dan budaya Batak
yang sangat mempesona, menarik wisatawan dari seluruh dunia dengan
tujuan menikmati pemandangan Danau. Pada bagian tengah danau terdapat
pulau indah yang dikenal dengan Samosir.
Berkeliling
dari tepi danau hingga pulau Samosir adalah suatu petualangan agung dan
sangat mengesankan bagi para pengunjung. Danau Toba meliputi luasan
daerah 3,658 km2, dengan luas permukaan danau 1,103 km2. Sisa dari
luasan area tersebut sekitar 43% merupakan bukit-bukit dan 30% bergunung-gunung, dengan puncak tertinggi 2,000 m di atas permukaan laut.
Lingkungan
biota (flora dan fauna) yang menarik, suhu udara yang dingin dan
lingkungan yang menyegarkan, udara bersih, lahan yang subur menjadikan
tempat ini sebagai tempat ideal untuk tempat tinggal manusia
Tidak heran berabad-abad yang lalu nenek moyang dari Suku Batak memilihnya sebagai lokasi
tempat tinggal permanen mereka. Di tempat inilah keturunan mereka
berkembang menjadi lima kelompok kesukuan Batak, yakni dikenal dengan
Angkola-Mandailing, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun dan Toba. Pulau
Samosir dan tepi danau Toba menjadi lokasi perkembangan dari budaya
Batak asli, yang mengandung budaya yang tinggi dari nilai sejarah dan
peninggalannya, budaya dan seninya. Sesungguhnya, budaya Batak masih
hidup dan dapat disaksikan di sini, yang masih terpelihara dalam format aslinya.
Posisi geografis yang unik juga terlihat
karakter sumber mata pencahariannya yang penting bagi pengembangan
ekonomi, yang sebagian besar diperoleh dari perairan yang bersih, sumber
daya yang berlimpah-limpah dan hutan hujan tropis yang lebat. Danau
Toba terletak di pusat suatu puncak topografi dengan panjang 300 km,
dengan beda tinggi berkisar antara 100-1,000 m di dalam peta topografi
Sumatra Utara. Puncak morfologi ini biasanya disebut Batak Tumor yang
sejajar dengan arah memanjang Pulau Sumatra.
Badan
air Danau Toba dengan luas 1.103 km2 yang menempati 3 area, Pulau
Samosir di dalam danau mempunyai luas daratan 647 km2 dan suatu Pulau
Pardapur yang lebih kecil dengan luas area 7 km2. Panjang danau adalah
87 km, dengan ukuran panjang keliling danau 294 km. Area cekungan danau
dikelilingi oleh batuan vulkanik, dengan tinggian yang berkisar antara
400 hingga 1200 m di atas muka air danau. Danau ini terletak pada garis
lintang dan garis bujur antara 98030′ BT; 3005′ LS dan 99020 BT’; 2040′
LS.
Batas perairan Danau Toba meliputi suatu area seluas 3,704
km2 yang terbagi ke dalam lima Kabupaten, yaitu. Kabupaten Tapanuli
Utara, Toba Samosir, Simalungun, Dairi dan Karo. Di wilayah Danau Toba,
terdapat suatu area untuk tujuan konservasi yang berfungsi sebagai
resapan air, pengendalian polusi udara, pencegahan erosi lahan dan
stabilisasi lahan.
Kabupaten
Toba Samosir yang terdiri dari duabelas kecamatan merupakan daerah
paling besar dari seluruh batas perairan (64%), yang diikuti oleh
Kabupaten Tapanuli Utara empat kecamatan (21%), lima kecamatan di
Kabupaten Simalungun (10%), Kabupaten Karo satu kecamatan (3%) dan satu
kecamatan di Kabupaten Dairi (2%), (gambar 1).
Duapuluhtiga
(23) daerah yang terbagi dalam lima (5) kabupaten telah termasuk dalam
area perairan danau Toba, yaitu antara lain, 1)Sianjur Mula-mula,
Harian, Simanindo, Pangururan, Palipi, Onanrunggu, Onanrunggu Timur,
Lumbanjulu, Porsea, Silaen, Laguboti dan Balige di Kabupaten Toba
Samosir; 2)Silimakuta, Purba, Dolok Pardamean, Sidamanik dan Girsang
Sipanganbolon di Kabupaten Simalungun; 3)Doloksanggul, Muara,
Lintongnihuta and Siborong-borong of Kabupaten Tapanuli Utara; 4)Merek
di Kabupaten Karo; dan 5)Sumbul di Kabupaten Dairi.
Kegiatan kepariwisataan
Cekungan
Danau Toba memberikan suatu kontribusi cukup besar dalam pengembangan
ekonomi lokal, daerah, maupun ekonomi nasional. Keindahan alam dan
kesempurnaan budaya Batak telah menimbulkan kegiatan pariwisata yang menyediakan
manfaat ekonomi kepada masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Letak
geografis Danau Toba yang unik memiliki sejumlah potensi ekonomi yang
dapat digunakan untuk kepentingan luas masyarakat, terutama sebagai
sumber air bersih yang besar, dan hutan tropis yang dapat menarik minat
dari investor untuk menanam modal di daerah ini bagi pengembangan
kepariwisataan yang ramah lingkungan.
Dari
segi estetika, daya pikat Danau Toba terdapat dalam kecantikan alamnya
yang sangat terkenal di dunia internasional. Dari sudut manapun danau
tersebut menggiurkan dan dapat membuat setiap pendatang seperti yang
sedang dibuai oleh perasaan sangat gembira. Kecantikan dari tiap sudut
Danau Toba, dengan bukit hijau yang merias Pergunungan Bukit Barisan
yang diselimuti dengan air terjun yang menghiasinya membuat wisatawan
yang datang ke kawasan Toba dapat menyaksikan atraksi alam yang sangat
agung. Pulau Samosir dan garis pantai Danau Toba menjadi pusat kelahiran
Budaya Toba Batak dan rumah peninggalan budaya dan historis yang tidak
ternilai harganya. Di tempat ini, budaya Batak masih kental dan tersaji
dalam bentuk aslinya. Modernisasi telah menyebabkan migrasi penduduk dan
saat ini ada banyak penduduk Batak yang tinggal di luar daerah itu dibanding yang tinggal
di sekitar tempat itu atau di sekitar Danau Toba. Meskipun demikian,
kota asal ini tetap merupakan identitas mereka sebagai Batak kendati
mereka tinggal di tempat jauh sekali. Total penduduk dari lima
daerah wisata utama Danau Toba terdiri dari Tomok/ Simanindo, Balige,
Porsea, Ajibata dan Parapat adalah 102,477 orang atau 17% dari jumlah
penduduk seluruhnya yang tinggal di batas perairan Danau Toba. Kegiatan
pariwisata di sekitar kawasan Danau Toba, telah mendorong pengembangan
168 hotel, dari yang tradisional/Batak home-stay sampai hotel bintang
empat.
Keunikan geofisik dan sejarah terbentuknya Danau Toba sebagai daya tarik geowisata
Geologi Danau Toba telah menjadi suatu topik yang menarik untuk
dipelajari. Secara geologi, pembentukan danau ini merupakan hasil suatu
aktivitas volkanik besar sepanjang zaman Kuarter atau dua setengah juta
tahun yang lalu. Perlu diketahui bahwa bagian barat Pulau Sumatera
merupakan sistem busur vulkanik yang memanjang dari Aceh hingga di Teluk
Lampung. Busur vulkanik tersebut terbentuk oleh tumbukan dua lempeng
besar yang dimulai sejak Jaman Eosen atau 65 juta tahun yang lalu.
Lempeng ini adalah lempeng samudera India atau Lempeng Australia di
barat-daya dan Lempeng Eurasia yang terletak di timur-laut
(Gambar 2). Tumbukan lempeng ini membentuk suatu zone subduksi yang
panjang dengan suatu rangkaian gunungapi sepanjang Sumatra-Jawa-Nusa
Tenggara sampai ke Kepulauan Maluku. Di Sumatra mengakibatkan
terbentuknya suatu patahan geser besar (transform fault) yang disebut
dengan Zone Patahan Besar Sumatra ( SFZ= Sumatra Great Fault Zone).
Patahan ini memiliki ukuran panjang 1700 km, tersingkap dari Teluk
Lampung di bagian selatan hingga daerah Aceh di ujung utara Pulau
Sumatra. Danau Toba terletak di bagian timur laut dari zone Patahan
Sumatra (Gambar 3 dan Gambar 4). Sedangkan sungai Batang Toru dan Sungai
Renun terletak di sepanjang patahan itu.
Dua
penjelasan ilmiah yang utama mengenai sejarah geologi Danau Toba
diterangkan sebagai: (a)produk satu ledakan dahsyat; atau (b)produk
gabungan dari berbagai peristiwa erupsi gunungapi. Kedua hipotesis ini
dibagi lagi menjadi beberapa pendapat yang lebih kecil dan penjelasan
yang lebih detail. Ada perdebatan yang sengit mengenai penentuan waktu
terjadinya peristiwa geologi ini, apakah kejadian itu terjadi baru-baru
ini (kurang dari 75.000 tahun yang lalu) atau merupakan hasil satu
rangkaian yang menyangkut proses geologi antara lain proses pembentukan
kubah (up-doming), peledakan, pensesaran, sedimentasi, dan up-wrapping
yang yang terjadi sejak dua juta tahun yang lalu. Keunikan geofisik dan
Danau Toba adalah landsekap yang terbentuk dari erupsi super kuat,
sehingga membentuk kaldera Danau Toba tersebut. Keunikan inilah yang
menjadi dasar minat seseorang mengunjungi dan berpetualang di kawasan
Danau Toba.
Gambar 3. Kaldera Danau toba dan Pulau Samosir |
Menurut hipotesis yang dilakukan oleh van Bemmelen (1949), seorang
ahli geologi dari Belanda menyimpulkan sejarah danau diawali dengan
pembentukan Batak Tumor dengan bentuk oval seperti bentuk telur seluas
300 km dengan darerah 150 km, terletak di antara sungai Wampu di bagian
utara dan Sungai Barumun di Selatan. Pembentukan kubah (dome) akibat
suatu pengangkatan hingga 2,000 m yang ditunjukkan oleh puncak
pegunungan seperti G. Sibuatan (2.457 m) di Barat Laut, G. Pangulubao
(2.151 m) di timur, dan G. Surungan (2.173 m) di Tenggara, dan G.
Uludarat (2.157 m) di Barat.
Van-Bemmelen
(1949), mengatakan bahwa kawasan Danau Toba dikelilingi oleh kelompok
batuan hasil letusan gunungapi, dan danau tersebut merupakan suatu bekas
caldera volkanik yang sangat besar. Letusan abu vulkanik yang
menyebabkan terbentuknya kaldera Toba, tersebar hingga wilayah Malaysia
dan India, hingga jarak 3.000 km. Hal tersebut, dibuktikan dengan
dijumpai abu riolit yang sama di sekitar Danau Toba dengan yang
ditemukan di wilayah Malaysia dan India, bahkan di dasar lautan India
Timur dan perairan Teluk Bengal.
Kaldera yang berukuran (30 hingga 100 km) dan mempunyai relief dengan
ketinggian hingga mencapai 1.700 m. Kaldera ini dibentuk dalam beberapa
periode letusan. Letusan besar terjadi 840.000, sekitar 700.000, dan
75.000 tahun yang lalu. Letusan 75.000 tahun yang lalu memproduksi
endapan Toba Muda dengan kandungan tuf (abu vulkanik berukuran sangat
halus) yang tinggi.
Letusan Toba, yang diperkirakan terjadi 73.000
± 4000 tahun yang lalu, menjadi letusan terakhir dan terbaru sebagai
“supervolcano”. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological
University menyimpulkan bahwa total jumlah material dari
letusan adalah sekitar 2800 km3; dengan 800km3 ignimbrite yang mengalir
di dataran dan di 2.000km3 itu jatuh sebagai abu yang diterbangkan oleh
angin yang bertiup ke arah barat. Letusan yang sangat besar itu mungkin
bertahan hampir dua minggu. Hanya sedikit binatang dan tumbuhan di
Indonesia yang selamat, dan mungkin letusan menyebabkan suatu bagian
yang luas dari kehidupan planet mati satu per satu. Ada beberapa bukti,
berdasar pada mitochondrial DNA, bahwa ras manusia berkurang menjadi
hanya beberapa ribu individu akibat letusan Toba. Suatu area besar yang
anjlok setelah letusan akibat dimuntahkannya material letusan (material
vulkanik) dalam volumen yang sangat besar dan kuat, kemudia membentuk
suatu kaldera, yang terisi dengan air yang membentuk Danau Toba.
Kemudian, dasar dari kaldera terangkat membentuk Samosir, suatu pulau
besar di dalam danau. Pengangkatan seperti itu sering terjadi pada
kaldera yang sangat besar, hal tersebut terjadi akibat tekanan keatas
oleh magma. Toba merupakan caldera yang terbesar yang terbentuk di atas
permukaan bumi ini (Yokohama dan Hehanusa, 1981).
Gambar 5. Peta kawasan Kaldera Danau Toba |
Menurut Knight et.al. (1986), Pulau Samosir dan Semenanjung Uluan
adalah bagian-bagian dari satu atau dua kubah yang terbentuk kembali.
Endapan danau di Pulau Samosir menunjukkan telah terjadi pengangkatan,
kurang lebih mencapai 450 m. Pusukbukit, merupakan suatu stratovolcano
kecil sepanjang garis tepi barat dari kaldera Toba, terbentuk setelah letusan 75,000 tahun yang lalu (Gambar 5). Terdapat juga solfatara yang masih aktif pada sisi utara dari gunungapi.
Setelah
terjadi letusan 74.000 tahun yang lalu, mulai terbentuk kubah (dome) di
dalam kaldera yang luas yaitu sebagai proses pembentukan Pulau Samosir
dengan ketinggian 750 m di atas muka air Danau Toba. Endapan Tuff Toba
yang muda, diperkirakan memiliki volume 2.800 kilometer
kubik (km3) dan meletus sekitar 74.000 tahun yang lalu. Sebagai
perbandingan letusan yang terjadi di Gunungapi Yellowstone sekitar 2.2
juta tahun yang lalu, meletuskan volume piroklastik hingga 2.500 km
kubik. Volume piroklastik dari letusan termuda tersebut, menjadi letusan yang paling
besar dalam seperempat abad terakhir. Aliran piroklastik menutupi suatu
area sedikitnya 20.000 km2. Ketebalan endapan Tuff Muda Toba yang
terdapat pada dinding kaldera mencapai ketinggian 400. Pada Pulau
Samosir, endapan tuff tersebut mempunyai ketebalan hingga lebih dari 600
m. Debu volkanik menutup suatu area sedikitnya 4 juta km persegi
(sekitar separuh ukuran benua Amerika Serikat). Debu volkanik juga
ditemukan pada cekungan di Teluk Bengal dan di India, kurang lebih 300
miles ( 500 km) dari pulau ( 1,900 miles, 3100 km dari Toba).
Keunikan
geofisik dan sejarah terbentuknya kaldera Danau Toba inilah yang dapat
memunculkan apresiasi geowisata bagi siapa pun yang berkunjung ke
kawasan Danau Toba. Kentalnya budaya Batak yan asli di kawasan Danau
Toba ini juga dapat menimbulkan apresiasi wisatawan untuk melakukan
proses pembelajaran budaya masyarakat Batak terhadap kondisi geofisik
Danau Toba dari waktu ke waktu.
Referensi
Knight,
M. D., Walker, G. L., Ellwood, B. B. and Diehl, J. F. 1986.
Stratigraphy, palaeomagnetism, and magnetic fabric of the Toba tuffs:
constraints on sources and eruptive styles. Journal of Geophysical
Research 91, 355-382.
Anonym,
1989, Danau Toba (Lake Toba), Data Book of World Lake Environments,
Survey of the State of World Lakes, edited by Lake Biwa Research
Instituite and International Lake Environment Committee, Otsu, Japan.
Anonym,
1990, A Study of the Decline in Water Level of Lake Toba, Indonesia, a
report prepared by the Overseas Development Admonistration, UK for BPPT
Teknologi, Jakarta
Bemmelen, R.W. van, 1949, The Geology of Indonesia, Vol. 1a., 732 p., Governmental Printing Office, the Hague, Netherlands.
Borre,
Lisa, 2000, Feasibility Study for the Lake Toba Science and Education
Center, for the Lake Toba Heritage Foundation, Jakarta, Indonesia.
Hehanussa, P.E., 1981, Sejarah Geologi Tufa Toba, dalam Seminar Bendungan Asahan, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Nontji, Anugerah, 1990, Review of the Limnology of Lake Toba, International Conference on Lake Toba, 1990, Jakarta.
Tjia,
H.D. and Kusnaeny, K., 1976, An Early Quaternary Age of an Ignimbrite
Layer, Lake Toba, Sumatera, Sains Malaysiana, 5, p.67-70, Kuala Lumpur.
Yokoyama,
T. and Hehanussa, P.E., 1981, The Age of ‘Old Toba Tuffs’ and Some
Problems on the Geohistory of Lake Toba, Sumatera, Indonesia, in
Paleolimnology of Lake Biwa, Japan Pleitocene, Vol.9 p.177-186, Kyoto.
Zen, M.T. 1990, Inventory of the Toba Problems, presented at the International Toba Conference, Jakarta.
www.gefweb.org
www.geology.sdsu.edu
www.volcano.md.nodak.edu.
www.volcanolive.com
www.volcano.si.edu.
www.hsfindo.org
www.menlh.go.id
www.unesco.or.id
www.worldlakes.org
http://geologi.iagi.or.id/2010/04/19/keunikan-geofisik-kaldera-danau-toba-sebagai-potensi-geowisata/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Prok - prok - prok... "Apa Komentar Anda?"