Lumpur pemboran
merupakan bagian penting dalam suatu proses pemboran. Untuk itu diperlukan
pengontrolan sifat fisik dan kimia ( chemical treatment) yang kontinu selama
pemboran berlangsung. Lumpur yang mempunyai sufat fisik dan kimia yang baik
akan memberikan fungsi secara optimum.
Adapun fungsi
Lumpur pemboran adalah :
1. Sebagai media
pengangkat cutting
2. Penahan tekanan
formasi
3. Sebagai pelumas
dan pendingin pahat.
4. Media Wireline
logging
Berdasarkan media
pelarutnya, Lumpur pemboran dibagi menjadi 3 macam yaitu :
- Water Base Mud -- air sebagai media pelarutnya
- Natural Oil Base Mud ---- Saraline ( palm crude oil/minyak sawit ) sebagai media pelarutnya
- Oil Base Mud ---- Diesel/Solar sebagai media pelarutnya.
SIFAT-SIFAT LUMPUR
1. MUD WEIGHT ( BERAT LUMPUR )
Berat Lumpur merupakan sifat lumpur yang
menyatakan berat per satuan volume ( berat jenis )
Biasanya dinyatakan dengan ppg (pound per
gallon) atau Sg (specific gravity). Mud weight Lumpur sangat berpengaruh dalam
menahan tekanan formasi. Mud weight masuk dan keluar harus selalu dipantau,
karena akan memberikan gambaran sifat lobang/formasi .
2. FUNNEL VISCOSITY
Dapat digunakan sebagai indicator perubahan
sifat-sifat alir, walaupun bukan suatu hal yang harus dipakai sebagai
pengukuran viscositas yang sebenarnya.
3. PLASTIC VISCOSITY
Adalah ukuran tahanan alir akibat interaksi mekanik
dari padatan (solid ) dalam system Lumpur dan dikontrol dengan pengenceran atau
alat mekanik seperti centrifuge, dan lain-lain.
4. YIELD POINT
Adalah ukuran daya tarik menarik antara
partikel padatan dalam Lumpur. Yield Point yang terlalu rendah dapat
mengakibatkan pengendapan barite dan pembersihan lobang tidak optimal.
Sedangkan Yield Point tinggi dapat mengakibatkan naiknya tekanan sirkulasi
(SPP), sulit diaduk dalam tank dan cenderung menahan gas dalam Lumpur.
Untuk menaikkan Yield Point dibutuhkan
bentonite dan bahan lainnya. Data penelitian penunjukkan padatan asing
merukapan factor utama pengganggu terhadap yield point. Padatan penggangu akan
menjadi masalah bila proses perawatan secara kimia gagal.
5. GEL
STRENGTH
Adalah ukuran dari ketahanan Lumpur untuk mengalir dari kondisi diam. Gel
strength harus cukup tinggi untuk menahan cutting tidak bergerak turun ketika
Lumpur dalam keadaan diam/tidak disirkulasikan.
6. WATER
LOSS
Water loss biasanya mempunyai batas yang
didasarkan atas pengalaman di lapangan. Oleh karena banyaknya factor yang
mempengaruhi tinggi rendahnya water loss, maka bukan merupakan ukuran yang mutlak
tentang kondisi Lumpur. Setiap pertimbangan menentukan water loss harus
mepertimbangkan pula sifat-sifat filter cake.
Analisa filter cake lebih merupakan seni
dari pada ilmiahnya, tetapi membutuhkan keahlian tersendiri. Suatu cake yang
baik bersifat tipis, halus dan kenyal. Sebaliknya cake yang jelek adalah tebal,
berpasir dan getas.
Hal yang perlu diperhatikan
pada saat pengujian filter cake adalah :
· Ketebalan
cake adalah hal yang pertama yang harus diukur. Ini hanya merupakan suatu ukuran
kualitatif
· Kelicinan
dapat diukur/diraba dengan telunjuk
· Cake
sebaiknya dapat ditekuk sebelum patah. Cake yang jelek hanya dapat ditekuk
sedikit dan kemudian patah, cake yang baik dapat ditekuk menjadi lipatan
sebelum patah.
· Pengujian
lain adalah meletakkan cake pada permukaan datar dan tusuk dengan jari di
atasnya. Cake yang baik akan tembus sebelum patah atau pecah. Cake yang jelek
akan patah dan pecah.
· Meskipun
pengujian tersebut di atas bersifat subyaktif dan tidak pasti, namun dianggap
cukup valid. PENGALAMAN DALAM MENILAI
KUALITAS FILTRAT CAKE MERUPAKAN ALAT BERHARGA UNTUK MENDIAGNOSE PERMASALAHAN
LOBANG BOR.
7. SOLID CONTROL
Permasalahan solid control merupakan permasalahan
klasik untuk Lumpur dengan Sg melebihi air. Biasanya padatan (solid) dikontrol
dengan pengenceran, desilter dan menggunakan saringan halus shale shaker.
Ketika solid konten yang dibutuhkan lebih rendah, desilter diganti dengan
centrifuge dan saringan shale shaker diganti yang lebih halus.
8. CHLORIDE
Chloride sebaikknya selalu diukur secara tetap agar
perubahan penting yang terjadi dapat segera dianalisa, dan segera diambil
tindakan yang tepat dan cepat terhadap perubahan yang terjadi. Chloride
dilaporkan dalam ppm (part per million) adalah fungsi beberapa factor :
·
Kandubgan
garam dalam Lumpur
·
Kandunga
garam formasi
·
Aliran
air asin (salt water )
·
Tambahan
garam ntuk memperbaiki sifat Lumpur.
9. TITRATION TEST
Titration test pada Lumpur pemboran dilakukan menurut
tipe dan jenis Lumpur. Hal hal tang perlu dipahami tentang cara uji dan hasil
yang didapatkan :
· PH
adalah suatu pengukuran yang berhubungan dengan alkalinitas, pada Lumpur
diperlukan PH > 7. Penambahan thinner membutuhkan PH alkaline dan efek
kontaminasinya dapat diperkecil dengan penggunaan PH tinggi
·
Pf –
phenolphthalein alkalinity—adalah alkalinity akibat ion hydroxyl dalam filtrate
Lumpur. Perawatan pf secara umum membutuhkan caustic soda.
·
Mf –
Methyl orange alkalinity—adalah alkalinity akibat hydroxyl, karbonat dan
bicarbonate. Ketika diinterpretasikan secara bersama Pf dan Mf dapat digunakan
untuk menentukan asal dan jumlah dari alkalinity filtrate.
·
Pm –
Seluruh alkalinitas Lumpur, yang sering dilakukan untuk mengukur jumlah
kelebihan unsur kapur pada Lumpur. Perbedaan antara Pf (dissolved hydroxyl ion)
dan Pm (all hydroxyl ion) dapat digunakan untuk menghitung pound per barrel dan
kelebihan kapur (lime).
mau tanya aku mas, siapa sih yang pertama temukan lumpur pemboran dan fungsinya?
BalasHapus