Senin, 30 April 2012

DRILLING FLUIDS (LUMPUR PEMBORAN)


Lumpur pemboran merupakan bagian penting dalam suatu proses pemboran. Untuk itu diperlukan pengontrolan sifat fisik dan kimia ( chemical treatment) yang kontinu selama pemboran berlangsung. Lumpur yang mempunyai sufat fisik dan kimia yang baik akan memberikan fungsi secara optimum.
Adapun fungsi Lumpur pemboran adalah :
1. Sebagai media pengangkat cutting
2. Penahan tekanan formasi 
3. Sebagai pelumas dan pendingin pahat.
4. Media Wireline logging

Berdasarkan media pelarutnya, Lumpur pemboran dibagi menjadi 3 macam yaitu :
  1. Water Base Mud  -- air sebagai media pelarutnya
  2. Natural Oil Base Mud  ---- Saraline ( palm crude oil/minyak sawit ) sebagai media pelarutnya
  3. Oil Base Mud ---- Diesel/Solar sebagai media pelarutnya.

SIFAT-SIFAT LUMPUR 

1.   MUD WEIGHT ( BERAT LUMPUR )
Berat Lumpur merupakan sifat lumpur yang menyatakan berat per satuan volume ( berat jenis )
Biasanya dinyatakan dengan ppg (pound per gallon) atau Sg (specific gravity). Mud weight Lumpur sangat berpengaruh dalam menahan tekanan formasi. Mud weight masuk dan keluar harus selalu dipantau, karena akan memberikan gambaran sifat lobang/formasi .

2.   FUNNEL VISCOSITY
Dapat digunakan sebagai indicator perubahan sifat-sifat alir, walaupun bukan suatu hal yang harus dipakai sebagai pengukuran viscositas yang sebenarnya.

3.   PLASTIC VISCOSITY
Adalah ukuran tahanan alir akibat interaksi mekanik dari padatan (solid ) dalam system Lumpur dan dikontrol dengan pengenceran atau alat mekanik seperti centrifuge, dan lain-lain.

4.   YIELD POINT
Adalah ukuran daya tarik menarik antara partikel padatan dalam Lumpur. Yield Point yang terlalu rendah dapat mengakibatkan pengendapan barite dan pembersihan lobang tidak optimal. Sedangkan Yield Point tinggi dapat mengakibatkan naiknya tekanan sirkulasi (SPP), sulit diaduk dalam tank dan cenderung menahan gas dalam Lumpur.
Untuk menaikkan Yield Point dibutuhkan bentonite dan bahan lainnya. Data penelitian penunjukkan padatan asing merukapan factor utama pengganggu terhadap yield point. Padatan penggangu akan menjadi masalah bila proses perawatan secara kimia gagal.

5.   GEL STRENGTH
Adalah ukuran dari ketahanan Lumpur  untuk mengalir dari kondisi diam. Gel strength harus cukup tinggi untuk menahan cutting tidak bergerak turun ketika Lumpur dalam keadaan diam/tidak disirkulasikan.

6.   WATER LOSS
Water loss biasanya mempunyai batas yang didasarkan atas pengalaman di lapangan. Oleh karena banyaknya factor yang mempengaruhi tinggi rendahnya water loss, maka bukan merupakan ukuran yang mutlak tentang kondisi Lumpur. Setiap pertimbangan menentukan water loss harus mepertimbangkan pula sifat-sifat filter cake.
Analisa filter cake lebih merupakan seni dari pada ilmiahnya, tetapi membutuhkan keahlian tersendiri. Suatu cake yang baik bersifat tipis, halus dan kenyal. Sebaliknya cake yang jelek adalah tebal, berpasir dan getas.
             Hal yang perlu diperhatikan pada saat pengujian filter cake adalah :
·   Ketebalan cake adalah hal yang pertama yang harus diukur. Ini hanya merupakan suatu ukuran kualitatif
·     Kelicinan dapat diukur/diraba dengan telunjuk
·    Cake sebaiknya dapat ditekuk sebelum patah. Cake yang jelek hanya dapat ditekuk sedikit dan kemudian patah, cake yang baik dapat ditekuk menjadi lipatan sebelum patah.
·   Pengujian lain adalah meletakkan cake pada permukaan datar dan tusuk dengan jari di atasnya. Cake yang baik akan tembus sebelum patah atau pecah. Cake yang jelek akan patah dan pecah.
·   Meskipun pengujian tersebut di atas bersifat subyaktif dan tidak pasti, namun dianggap cukup valid.  PENGALAMAN DALAM MENILAI KUALITAS FILTRAT CAKE MERUPAKAN ALAT BERHARGA UNTUK MENDIAGNOSE PERMASALAHAN LOBANG BOR.

7.   SOLID CONTROL
Permasalahan solid control merupakan permasalahan klasik untuk Lumpur dengan Sg melebihi air. Biasanya padatan (solid) dikontrol dengan pengenceran, desilter dan menggunakan saringan halus shale shaker. Ketika solid konten yang dibutuhkan lebih rendah, desilter diganti dengan centrifuge dan saringan shale shaker diganti yang lebih halus.

8.   CHLORIDE
Chloride sebaikknya selalu diukur secara tetap agar perubahan penting yang terjadi dapat segera dianalisa, dan segera diambil tindakan yang tepat dan cepat terhadap perubahan yang terjadi. Chloride dilaporkan dalam ppm (part per million) adalah fungsi beberapa factor :
·         Kandubgan garam dalam Lumpur
·         Kandunga garam formasi
·         Aliran air asin (salt water )
·         Tambahan garam ntuk memperbaiki sifat Lumpur.

9.   TITRATION TEST
Titration test pada Lumpur pemboran dilakukan menurut tipe dan jenis Lumpur. Hal hal tang perlu dipahami tentang cara uji dan hasil yang didapatkan :
·    PH adalah suatu pengukuran yang berhubungan dengan alkalinitas, pada Lumpur diperlukan PH > 7. Penambahan thinner membutuhkan PH alkaline dan efek kontaminasinya dapat diperkecil dengan penggunaan PH tinggi
·    Pf – phenolphthalein alkalinity—adalah alkalinity akibat ion hydroxyl dalam filtrate Lumpur. Perawatan pf secara umum membutuhkan caustic soda.
·    Mf – Methyl orange alkalinity—adalah alkalinity akibat hydroxyl, karbonat dan bicarbonate. Ketika diinterpretasikan secara bersama Pf dan Mf dapat digunakan untuk menentukan asal dan jumlah dari alkalinity filtrate.
·    Pm – Seluruh alkalinitas Lumpur, yang sering dilakukan untuk mengukur jumlah kelebihan unsur kapur pada Lumpur. Perbedaan antara Pf (dissolved hydroxyl ion) dan Pm (all hydroxyl ion) dapat digunakan untuk menghitung pound per barrel dan kelebihan kapur (lime). 

(Roliamsyah)                           

1 komentar:

  1. mau tanya aku mas, siapa sih yang pertama temukan lumpur pemboran dan fungsinya?

    BalasHapus

Prok - prok - prok... "Apa Komentar Anda?"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...